| Ulul-albab Ulul albab community |
|
| Ukhti tempatmu di Rumah bukan di Bunderan HI | |
| | Pengirim | Message |
---|
afif
Jumlah posting : 3 Registration date : 26.09.07
| Subyek: Ukhti tempatmu di Rumah bukan di Bunderan HI Tue Dec 11, 2007 11:59 am | |
| [b]
Ukhti... Tempatmu di Rumah bukan di Bunderan HI (Hotel Indonesia) Tulisan ini bukan dibuat untuk mengkritisi beberapa gerakan islam yang seringkali mengerahkan kekuatan para wanitanya (baca : para akhowat / al-mar’ah) untuk berdemonstrasi turun ke jalan, tulisan ini bukan pula dibuat untuk mengatakan berarti seorang wanita tidak boleh bepergian ke manapun, tulisan ini bukanlah berkecimpung ke dalam wawasan fiqh walaupun nantinya anda menemuinya, tetapi tulisan ini hanya menuliskan untuk kita bersama berintrospeksi sudah benarkah yang kita lakukan selama ini dalam memahami islam yang bersama kita akui bahwa islam adalah ad-din yang mulia ” Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam….” (QS. Ali Imran : 19) dan “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS. Ali Imran : 85). Ingatlah ayat yang mulia “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS Al Maidah : 3). Dan Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pun telah mengatakan “ Aku telah tinggalkan kamu dua perkara, yang selama-lamanya kamu tidak akan pernah tersesat selama kamu berpegang dengan keduanya (yaitu): Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya. “ ( HR. Imam Malik, hadist ini memiliki sanad yang dhaif karena mu’dhal –ada dua orang rawi yang gugur secara berturut-turut-. Tetapi hadist ini shahih karena telah datang beberapa syawahidnya dari hadist Ibnu Abbas, ‘Amr bin Ahwash dan Abu Hurairah. Lihat pula di kitab Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat “ Lau Kaana Khairan Lasabakuunaa Ilaihi ”, hal 21-22). Alloh telah melindungi dan menyayangi wanita yang benar dan baik, seperti dalam firman-Nya “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nur : 4) dan Alloh akan memberikan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik pula didalam Al Qur’an disebutkan “…dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” (QS. An Nur : 26) Akhir-akhir ini seringkali kita melihat dengan mudahnya sebagian orang yang tergolong muslim menuntut hak-hak dan aspirasi mereka dengan turun ke jalan, mereka melakukan aksi long march, aksi sejuta ummat, aksi pemantau dan pengawas, aksi solidaritas dan kepedulian, dan aksi-aksi lainnya. Sebagian diantara mereka menganggap bahwa dengan turun ke jalan ( baca : demonstrasi ) semua urusan akan mudah didengar, efisien, dan efektif. Sebagian pula diantara mereka tidak juga mempertimbangkan kaidah maslahat dan mudharatnya karena telah kadung kesemsem melakukannya, dan banyak pula di antara yang turun ke jalan menyandang predikat sebagai kyai, ustadz, seniman ‘muslim’, dan ‘ intelektual muslim ‘. Demonstrasi, yang pada awal dasarnya merupakan produk murni west country dimana disana menerapkan apa-apa yang dinamakan menjunjung tinggi persamaan HAM ( Hak Asasi Manusia ), keadilan dan kesetaraan gender, pendidikkan bergaya sekuler, prinsip-prinsip egaliter dan berbagai macam atribut lainnya yang pasti shahih bukan berasal dari Islam dan tidak dapat dipaksakan masuk ke dalam Islam walaupun di modifikasi tetap saja dikatakan serigala sekalipun ia berbulu domba. Dan anehnya dengan demokrasi ( baca artikel saya yang berjudul ‘ Demokrasi dalam Kampus Islam ‘ di dalam web blog saya ) kaum muslimin yang jauh dari ‘ilmu yang haq dan para ‘ulama yang benar pun latah ingin mengambil peran dan kontribusi semaksimal mungkin. Tidak hanya pria tetapi para wanita pun tak mau ketinggalan menyambutnya dengan penuh gegap gempita. Artikel ini secara spesifik ditujukan untuk para akhowat atau al mar’ah yang beberapa diantaranya bahkan sebagian besar saat ini memiliki begitu besar ghirahnya untuk menyelamatkan Islam dan berusaha untuk merengkuh kejayaan ummat kembali. Diantara mereka ( para akhwat ) ada yang tergabung dengan berbagai jemaah dakwah yang menggebu-gebu mengedepankan fiqhul waqi’ ( permasalahan kontemporer ), memperjuangkan amar ma’ruf nahi munkar, sampai ada yang dijadikan komoditas politik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tetapi tidak lupa tetap mengatasnamakan Islam. Di dalam tataran ideal seorang muslimah yang beriman seharusnya berada di dalam rumahnya, mereka merawat dirinya, menjaga harta suaminya, mendidik anak-anaknya, dan menyibukkan dirinya dengan dzikir-dzikir yang bermanfaat bagi dirinya. Sebab Alloh telah berfirman “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya…” ( QS. Al Ahzab : 33 ). Di dalam hal itu bukan berarti pula seorang wanita tidak diperbolehkan untuk keluar rumah secara mutlaq, sebagaimana keumuman sabda Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam pada Umar tentang istri-istrinya ketika akan buang hajat, : "Telah diijinkan bagi kalian untuk keluar rumah karena sebuah kebutuhan."(Muttafaqun 'Alaihi). Dan juga Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda "Janganlah kalian melarang budak wanita mendatangi masjid." (HR. Bukhari). Tentunya alasan yang menyebabkan seorang wanita keluar rumahnya haruslah dengan alasan syar’i, seperti membantu tetangga yang akan melaksanakan walimah, membeli urusan dapur, menuntut ilmu syar’i, hendak melaksanakan shalat berjamaah, dan segala hal lainnya yang sesuai dengan syari’at juga mengetahui batasan-batasannya. Adapun saat ini disebagian para mar’ah muslimah tidak lagi memperhatikan hal ini, mereka dengan seenaknya khuruj dari rumah tanpa ada alasan syar’i dan hajat yang sangat mendesak yaitu demonstrasi, entah hal tersebut merupakan sunnah darimana dan bagaimana mereka bisa menutup mata terhadap fenomena yang sangat urgen dengan terbengkalainya hal-hal yang sangat diwajibkan, diantaranya ialah : 1. Shalat wajib mereka biasanya dalam demonstrasi tidak ditunaikan dengan tepat waktu disebabkan sibuk long march dan orasi tiada henti, padahal Al Imam Mufassirin yang termasuk Shahabiyun Jalil yang didoakan oleh Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Ibnu Abbas radhiyaullohu ‘anhu mengatakan ketika menafsirkan ayat “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” ( QS. Maryam : 59 ) ialah “ menyia-nyiakan shalat bukan berarti meninggalkannya sama sekali, akan tetapi mengakhirkan dari waktunya “ ( dinukil dari Abu Maryam Majdi Fathi As Sayyid dalam Tuhfatun Nisa ; terj. B. Indonesia “ Bingkisan Istimewa untuk Wanita Muslimah “ ). 2. Mereka pula terkadang melupakan untuk berdzikir pagi dan petang karena telah terlanjur repot dengan persiapan demonstrasinya atau bahkan tak pernah menghapalkannya padahal Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda “ Setiap pagi wajib atas anggota badan setiap orang sedekah, maka setiap tasbih sedekah, setiap tahmid sedekah, setiap tahlil sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf sedekah, setiap nahi mungkar sedekah, dan dua rakat shalat dhuha mencukupi semua itu.” ( HR. Muslim 720, Abu Dawud 5234, hadits dari Abu Dzar radhiyaullohu ‘anhu ), 3. Diantara para al mar’ah pun terkadang tidak mengetahui batasan syari’atnya dengan seringkali dijumpai ikhtilath dengan yang bukan mahramnya. Padahal Dengan tegas Rasululloh telah bersabda : " Wanita adalah aurat, bila ia keluar maka syetan akan menganiayanya. Dan tempat yang lebih mendekatkanya dengan Rabbnya adalah bila ia di dalam rumahnya." (HR. Ibnu Hibban, dishahihkan Albani dalam Shahih Ibnu Huzaimah hadits:1685, hadits diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyaullohu ‘anhu). 4. Para muslimah pun menjadi memandang yang tak karu-karuan baik itu memandang ikhwan dari jemaahnya yang dianggap oleh sebagian dari muslimah tersebut sopan dan memiliki jiwa aktivis islami, hingga ikhwan yang bukan dari jemaahnya bersama dengan kekasihnya ( pacarnya ), sehingga tak tertutup kemungkinan pula terkadang disebagian dari mereka yang taqlid secara mutlak dan ikut-ikutan meramaikan acara demonstrasi menjadi iri kepingin pacaran. Padahal Alloh telah berfirman : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung “ ( QS. An Nur : 30 -31 ). 5. Terlihat pula seorang ummahat yang menggendong anaknya ikut berpanas-panasan ria dan turut asyik mendukung aksi suaminya yang sedang berorasi, bisa jadi diantara mereka tidak mengetahui bahwa panas yang terlalu terik bagi anak bayinya sungguh sangat tidak baik untuk kesehatan si kecil. 6. Dan yang paling sangat menggangu dengan adanya demonstrasi tersebut ialah laju kendaraan orang lain pun ikut tersendat-sendat, merasakan kemacetan di tengah panas hari, dan banyak orang yang terbengkalai waktunya disebabkan kemacetan orang yang berdemonstrasi. Bukankah Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dari hadits yang dikatakan oleh Abu Hurairah : “ Setiap anggota badan manusia diwajibkan setiap hari manakala matahari terbit, engkau berlaku adil terhadap dua orang adalah sedekah, membantu seseorang naik keatas kendaraanya atau mengangkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah menuju shalat adalah sedekah dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah. “ ( Mutafaqun ‘Alaih ). Dikatakan kepada diri-dirimu ya ukhti muslimah, telah adakah pada dirimu keseluruhan hal itu di setiap harimu. Lalu mengapa engkau justru menghalang-halangi jalan saudaramu sesame muslim, tidak lekas bersegera untuk menunaikan shalat, ataupun membantu saudaramu dengan tidak membeberkan aibnya ( penguasa ) ??? mengapa-mengapakah hal itu kau lakukan yaa ukhti ??? 7. Di antar aksi-aksi demonstrasi tersebut terkadang terselip ‘pesan sponsor’ yang berharap agar sponsornya itu dapat meraih faedah dan keuntungan pula dengan melakukan mobilisasi yang dilakukan oleh para wanita muslimah. Contoh kecilnya menggunakan atribut atau bendera suatu golongan tertentu, dan si empunya atribut berharap khalayak ramai memilih golongan itu di suatu hari. Atau dengan kata lain demonstrasi yang mereka gembar-gemborkan bukan suatu hal yang dipenuhi dengan ‘ke-ikhlasan’ ber amar ma’ruf nahi mungkar melainkan kepingin sponsornya dimana ia tergabung dapat meraih keuntungan. 8. Demonstrasi yang dilakukan tak jarang menghina dan menceritakan keburukan penguasa yang ada, contohnya: “buat apa menjalin kerjasama dengan bangsa yang menganut system ekonomi kapitalis, Indonesia tak akan maju bila seperti ini jadinya. Ganti system dengan system Islam” dan berbagai macam celaan lainnya kepada para pemimpin baik itu terselubung maupun terang-terangan membakar foto presiden, dan ini bukan dilakukan oleh pria saja terkadang wanita pun sama. Padahal tentang pemimpin Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :“Barangsiapa ingin menasehati pemimpin, jangan secara terbuka. Tetapi ajaklah menyepi. Jika dia menerima, itulah yang diharapkan. Jika tidak, berarti dia telah menunaikan kewajibannya”. (no. 1096, 1097 dan 1098 dishohihkan oleh Al Albani dalam Dzilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah. Diriwayatkan pula oleh Thobroni dalam Musnad Syamiyyin 976.penulis ambil dari artikel ‘ Bolehkah Kita Demonstrasi ‘ dalam www.muslim.or.id tulisan Al-Ustadz Abu Nu’aim Al Atsari, silahkan lihat di website tersebut bila ingin penjelasan lebih panjang tentang demonstrasi seutuhnya ). Syaikh Abdussalam bin Barjas mengatakan: “Hadits ini merupakan di sir-kan (dirahasiakan) nasehat kepada penguassa. Jika seseorang telah menempuh cara ini berarti dia telah terlepas dari akibat yang timbul di kemudian hari”. (Mu’amaltul Hukkam, hal: 55, idem di www.muslim.or.id ). Sebab biasanya di antara orang ada yang memiliki karakter untuk jangan sampai orang lain mengetahui keburukannya bukankah terkadang kita juga tak mau keburukan kita diketahui oleh orang lain. Dari An Nawas bin Sam’an radhiyaullohu anhu, dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Kebaikan itu adalah ahlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa yang meragukan jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain mengetahuinya. “ ( HR. Muslim, no 2553 ) Demikianlah beberapa hal yang dapat dituliskan dalam artikel ini semoga dapat memberikan secercah pengarahan dan bimbingan kepada wanita muslimah dan memperingatkan dari demonstrasi maupun keluar rumah tanpa uzur syar’i “ Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” ( Adz Dzariyat : 55 ), dan tulisan ini sebagai bentuk saling tolong menoloh diantara sesame muslim “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya “ ( QS. Al - Maidah : 2 ). Dan ingatlah wahai ukhti muslimah bila engkau akan merubah sesuatu lakukanlah hal itu dari dirimu terlebih dahulu “ …. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” ( QS. Ar Ra’d : 11 ) juga firmanNya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” ( QS. At Tahrim : 6 ), dan janganlah tergesa-gesa (isti’jal) dalam melakukan sesuatu. Ditulis oleh Al Akh Abu Yahya Adjhee Al Bykazi Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatulloh Jakarta ĎẽÑйĬęŚ ŖŎšŜỹ ДL ßūMůĻΘ 19.51 (1) Komentar (1) Komentar
Yudiero, 22 Juli 2006 07.32 4JJI hu akbar...keren!(bahasa gaulnya) artikelnya...aku setuju banget..udah saatnya muslimah kembali kekodratnya....(maaf kalo ada yang ngga setuju)
| |
| | | abdurrahman_bin_auf
Jumlah posting : 56 Age : 38 Location : Jl. Sidosermo 4 Gg. XII No. 10 Surabaya Registration date : 03.09.07
| Subyek: Re: Ukhti tempatmu di Rumah bukan di Bunderan HI Tue Dec 11, 2007 11:51 pm | |
| Kalo sudah berbicara masalah demo-mendemo, politik, dll. Dalam Islam termasuk dalam pembahasan muamalah, ada aturan mainnya. Konsep ibadah adalah semua dilarang, kecuali yang diperintahkan. Konsep muamalah adalah semua dipersilahkan sampai ada nash melarang. nash yang jenengan keluarkan itu belum menguatkan bang afif, apalagi jenengan hanya menyadur tanpa meng-editnya dahulu. Jika merujuk pada Rasulullah, maka saya akan bertanya: Apakah dahulu jika ada ketidakadilan maka rasul menghimbau untuk demo? ayat-ayat demo-pun tidak ada, hadits mendukung demo-pun juga tidak ada. "Dan bermusyawarahlah dalam urusanmu..." (al ayat) maka ayat diatas yang direkomendasikan untuk menyelesaikan masalah, demo apakah musyawarah atau bagiannya? Haram-kah orang yang ber-demo? Tidak ada ayatnya juga yang mengharamkan untuk berdemo, rasulpun dalam hadits shohihnya belum saya dengar mengharamkan. Jadi bagaimana? harusnya jika permasalahan dalam ber-ibadah ghoirum mahdah, jika tidak ada di Qur'an maupun Hadits maka kita merujuk pada ulama (ijtihad ulama) dan jika ada perbedaan dalam kalangan ulama sendiri, maka ulil amri (pemimpin) yang menentukan tentunya atas dasar dari ulama sebagai referensinya. Entah dengan keputusan sendiri atau jika kurang kompeten bisa menunjuk dewan ahlinya. Dalam kehidupan bernegara presiden-lah yang akhirnya menentukan, jika kurang memahaminya maka bisa menunjuk dewan ahlinya seperti menteri agamanya. Lantas bagaimana ulama menanggapinya? wallahu a'lam, saya belum tahu. Dari saya pribadi, jika melihat tujuan sudah syar'i maka saya lebih melihat dari sudut pandang manfaat dan mudorotnya. Kurang lebih seperti kata bang afif, walaupun tidak sepenuhnya saya mendukung. Tetapi beda persoalan jika ternyata hal yang menjadi mudorot bagi bang afif, bagi pen-demo bukan dianggap sebagai hal yang mudorot. Terus gimana dunk? (saya serahkan jenengan sedoyo aja) NB: Tolong kalo menyadur sekalian dikasih pendapat jenengan, apalagi kalau jenengan sendiri yang menulis.... Alangkah orisinilnya dan tentunya saya sangat senang juga adik-adik saya bisa menulis seperti jenengan ato mungkin lebih baik. | |
| | | redvox
Jumlah posting : 47 Registration date : 23.08.07
| Subyek: Re: Ukhti tempatmu di Rumah bukan di Bunderan HI Sun Dec 16, 2007 9:32 pm | |
| Seharusnya kita yang mengaku ikhwan yang malu... Kontribusi dakwah minim, diajak aksi perjuangan malah malas-malasan. Sampai-sampai akhwat harus turun tangan. Dalam medan perang memang diwajibkan ikhwan yang ikut berpartisipasi aktif. Tapi jika pada satu perang ternyata ikhwannya malas, melempem dan tak memiliki ghirah membara, maka apa salahnya jika akhwat yang lebih bersemangat, lebih kuat dan lebih tangguh ikut dalam peperangan. Sekali lagi jika Ikhwannya memang mengecewakan maka apa salahnya akhwat ikut menegakkan panji-panji Islam. Dimana harga diri para ikhwan. Jangan mengaku ikhwan jika semangat melempem cuma bisa kritik sana sini tanpa solusi.... Kalau kita sebagai ikhwan tidak rela para akhwat terjun ke zona berbahaya maka mulai sekarang buktikan bahwa para ikhwan mumpuni untuk berjuang di zona tersebut, buktikan bahwa otot di lengan ini bukan sekedar pajangan, buktikan bahwa semangat ikhwan tetap membara hingga ujung nafas, Sehingga para akhwat tidak perlu lagi menyeka keringat harumya kesturi di tengah teriknya matahari saat aksi. Sekali lagi jangan kritik sana sini tanpa solusi.... NB: Maaf kalau ada kata yang terlalu keras, tapi bukan ikhwan kalau tidak kuat akan kata-kata keras, tidak jeli melihat pesan-pesan hikmah diantara emosi dan logika....... | |
| | | Muhammad Al-Fatiih
Jumlah posting : 32 Location : Keputih 3A Registration date : 03.09.07
| Subyek: Astagfirullah.... Tue Jan 08, 2008 9:01 am | |
| Banyak Akhwat yang turun kejalan untuk melakukan aksi,demo makshirah atau long march, merupakan fenomena yang akhir akhir ini sering kita lihat....
sebagai seorang laki-laki seharusnya kita malu... mana kontribusi kita untuk mengeman dakwah ISLAM ini???? untuk menegakkan kembali hukum-hukum ISLAM di muka bumi ini...
Aksi semacam itu di picu oleh para penguasa yang bertindak dzalim pada Umat ini... para penguasa yang seharusnya menjadi pelindung dan mengurusi umat ini, justru berlaku semena-mena.. Mereka mencampakkan Hukum-hukum ISLAM... Mereka menggunakan hukum-hukum (Jahiliyah) buatan manusia... dengan hukum jahiliyah itulah kehidupan ISLAM tidak pernah dijalankan.. kebebasan Umat ISLAM untuk menjalankan Ibadah tidak dijamin.. kehormatan dan harga diri seorang wanita di injak-injak... umat ISLAM di tuduh sebagai teroris.. dll
Adanya aksi atau makshiroh semacam itu semata-mata untuk mengingatkan penguasa untuk kembali pada hukum ISLAM...
kalau penguasa mau menerapkan hukum ISLAM ini, maka tidak perlu ada yang namanya aksi seperti itu...
Buat para laki-laki dimana keberanianmu untuk berjuang untuk menegakkan Syariat ISLAM ini agar di terapkan di muka bumi????? apa engkau akan diam saja melihat kerusakan dimuka bumi ini???? atau kejahiliyahan merajalela..
jangan hanya tertidur, jangan hanya ngurusin kepentingan sendiri.. kuliah, pulang ke kos, tidur, apa itu yang bisa kita lakukan, sedangkan para akhwat dengan lantang di depan penguasa meneriakkan penegakkan SYARIAT ISLAM???????????????
HAI PARA KAUM ADAM,JANGAN LUPAKAN FITRAHMU SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN BERANI MEMPERJUANGKAN TEGAKNYA SYARIAT ISLAM DI MUKA BUMI INI????????????
karena dengan tegaknya SYARIAT ISLAM jiwa, harta, kehormatan, keamanan, kehidupan, dan seluruh urusan UMAT ISLAM akan terjaga dan terlindungi, kemulyaan hidup di dunia akan tercapai, rahmatan lil alamin akan tercapai...... | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Ukhti tempatmu di Rumah bukan di Bunderan HI | |
| |
| | | | Ukhti tempatmu di Rumah bukan di Bunderan HI | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|